Selamat saat Mati

By: Haryo K. Buwono

Ini buah pikiran karena terlalu seringnya saya berpikir yang nyleneh, atau aneh. Saya tunjukkan dari ketika membaca sebuah berita tentang bencana. Berita tersebut menjelaskan bahwa bencana menyebabkan banyak korban jiwa, baik meninggal maupun luka-luka. Disitu pula selalu mengungkapkan jumlah nominal jiwa yang selamat dan yang mati. Saya terus berpikir berarti ada perbedaan antara mati dan selamat. Mungkin ini juga yang sering saya lakukan pada saat berangkat dari rumah ke suatu tempat, dimana saya selalu berdoa agar diberikan keselamatan hingga tempat tujuan. Lalu apabila saya tertimpa musibah terus meninggal, apakah masih bisa disebut selamat?

Setahu saya bahwa doa Robbanaa 'aatina fiddun-yaa Khasanah wa Fil akhiroti khasanah wa kinnaa 'azaabannaar, itu doa keselamatan dunia dan akhirat. Jadi selamat itu sangat berpengaruh juga pada akhirat. Bagaimana mungkin berurusan dengan akhirat bila tidak melalui kematian? Mungkin karena Kematian adalah hal yang mengerikan bagi sebagian orang sehingga mati “wajib” terlepas dari keselamatan. Atau mungkin perlu secara khusus dijabarkan tentang selamat yang dimaksud oleh berita itu, hingga matipun bisa menjadi katagori selamat.

Kematian adalah tujuan bagi orang yang hidup. Sesungguhnya Kematianpun tujuan bagi kehidupan yang berikutnya sehingga doa tersebut diatas menjadi jelas maknanya. Saya mencoba mensikapi pernyataan berita dan doa tadi dengan hati-hati. Kalau Beritanya diganti narasinya menjadi “jumlah JIWA yang selamat didunia adalah sekian JIWA dan selamat diakhirat adalah sekian JIWA, tentu tidak ada yang sedih disana. Kalau ingin menjelaskan yang tidak selamat adalah RAGAnya, semestinya berita tadi menyebut hal itu. Tapi karena yang disebut adalah JIWAnya bukan RAGAnya tentunya lebih menggembirakan.

Tapi sudahlah, karena beda itu anugerah. Kalau memaksakan, tentu menyedihkan bagi orang yang dipaksakan. Allah jugalah yang membuat perbedaan dari awalnya. Ada Setan-ada Malaikat, ada Surga-ada Neraka, ada Laki-laki-ada perempuan dan masih banyak lagi. Karena sudah ada juga perbedaan dari awal penciptaan saya, dari sebelum ditiupkan ruh hingga terlahir didunia, maka saya sendiri lupa, menangisnya itu karena apa? Setiap bayi terlahir mesti menangis tapi mungkin saat ini saya belum mampu menjawabnya.

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda